oleh : Tjut Zakiyah Anshari

Jangan pernah menunda kesempatan untuk belajar, maju dan berkembang, karena perubahan adalah sesuatu yang pasti dan mutlak terjadi. Hanya insan pembelajarlah yang bisa berlari bersama perubahan itu dengan strategis dan bijak.

Pikiran itulah yang membuat saya langsung menerima tawaran mas Yosep untuk mengikuti Festival Domain Rakyat 2014 yang dilaksanakan di Madiun selama 2 hari ini (23-24 Mei 2014). Padahal, peserta yang disasar adalah untuk wilayah Madiun, Magetan, Ponorogo. Timba mburu sumur, timba lah yang mencari sumur sebagai penyedia air, tak mungkin ilmu sampai kepada kita tanpa kita mengejarnya.

Ngangsu kawruh, mengejar sumur, yang kemudian dikukuhkan sebagai Relawn TIK Tulungagung pada hari Sabtu, 24 Mei 2014 di Balai Desa Sukosari, Ndagangan, Kab.Madiun. Dari kiri: Ayin, Siwi Sang, Zakyzahra Tuga, Dwi Hatmanto, Agus.

Saya coba menghubungi kawan-kawan. Sayang sekali jika kesempatan ngangsu kawruh ini hanya diakses kami saja. Alhamdulillah, akhirnya bergabung bersama saya dan kang Siwi: Dwi Hatmanto dan Agus yang keduanya dari TBM Cemade, juga Ayin dari BPD Desa Bangoan (Kedungwaru, Tulungagung). Tekad kami sama, bagaimana ilmu yang kami dapat ini dapat berguna untuk Tulungagung, yang berarti dari Tulungagung untuk Indonesia. Dan… Jum’at pukul 04.00 kami berangkat ke Madiun dengan mengendarai motor.

Ayin adalah sosok yang asing bagi saya, meskipun sebenarnya kami satu desa. Maklum, saya tidak banyak terlibat dalam kegiatan desa, sementara Ayin selain BKD Bangoan (PNPM Mandiri), juga BPD Bagoan. FDR telah mempertemukan kami. Meskipun Dwi Hatmanto sudah kawan lama, tapi baru di FDR inilah kami menyadari bahwa ada sesuatu yang bisa kita lakukan bersama secara nyata.

Tak peduli meski kami datang terlalu pagi. Sampai lokasi, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, pukul 08.00 pagi, sedangkan acara baru dimulai pukul 09.20. Meski kantuk menyerang kami berlima nyaris di waktu yang sama, namun pada akhirnya kami bisa mengikuti semua sesi nyaris dengan fokus tinggi. Terbukti, mas Siwi Sang cepat tanggap saat menjawab kuis dari moderator di sesi pertama, dan dia berhasil mengantongi 1 kaos PANDI (Pengelola Nama Domain Indonesia) yang pertama.

Apa dan bagaimana setiap sesi telah menggugah dan menginspirasi kami, akan saya tuliskan pada catatan-catatan berikutnya. Di prolog, saya akan bercerita diluar konten FDR yang sebenarnya termasuk bagian penting gerakan literasi di era digital ini. Karena itulah, selain menyimak, mencatat, menganalisa, setiap paparan narasumber, kami berlima, disela-sela acara, senantiasa menyempatkan diri berdiskusi, implementasi seperti apa yang dapat kita laksanakan di Tulungagung. Artinya, tanpa menggunakan waktu khsuus, kami sudah merancang tindak lanjut untuk kami laksanakan di Tulungagung.

Meski di hari pertama yang cukup lelah, malam hari teman-teman masih menyempatkan diskusi untuk topik lain di rumah sahabat Tulus (dimana kami bermalam), padahal keesokan harinya masih ada acara yang digelar di Desa Sukosari, Kecamatan Ndagangan, Kab. Madiun, yang jaraknya sekitar 15 km. Dan benar. Energi kami cukup besar. Ayin yang nyaris tidak tidur, ternyata sangat fokus saat pak Budiman Sudjatmiko memaparkan konten penting dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa (akan saya ulas khusus dalam catatan berikutnya). Dan begitu semangatnya mas Siwi mengurai sedikit tentang Nguwaram dan Glang-Glang yang ditulis di GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit saat berdiskusi tentang Museum Desa di desa Ngwaram-Ndolopo, Kabupaten Madiun.

Saya melihat, betapa hebatnya teman-teman… Dan selamat berjuang para Relawan TIK Tulungagung…

[bersambung]

Sumber : https://web.facebook.com/notes/10214237847180631/

Bagikan Berita