KABUPATEN MADIUN

LATAR BELAKANG BERDIRINYA KABUPATEN MADIUN
Ditinjau dari pemerintahan yang sah, maka Kabupaten Purabaya dijadikan penetapan
penetapan tarikh berdirinya Kabupaten Madiun, yaitu pada tanggal paro terang,
bulan Muharam tahun 1568 Masehi tepatnya jatuh hari Kamis Kliwon tanggal 18 Juli
1568/ Jumat Legi tanggal 15 Suro 1487 Be Jawa Islam.

Dari segi Etimologi, nama Madiun berasal dari kata “ Mbedi†dan “Ayunâ€
menjadi “Mbediayun†selanjutnya “Mbediyun†dan berakhir menjadi
“Madiun†yang mempunyai arti perang di sekitar sendang(mbeji : sendang, ayun :
perang).

Pada tahun 1568 wilayah meliputi daerah Karesidenan Madiun sekarang, ditambah sebagian wilayah Kabupaten Nganjuk dan Tulunngagung. Tahun 1590 meliputi
Kabupaten madiun sekarang dikurangi Caruban. Tahun 1887 Kabupaten Madiun mempunyai wilayah yang tetap sebagaimana pembagian wilayah sekarang ini.
Wilayah Kota Madiun dipisahkan dari pemerintahan Kabupaten Madiun pada tanggal 20 Juni 1918. Kepala pemerintahan sebagai Wali Kota belum dibentuk, hingga tahun 1927 di bawah pemerintahan Asisten Residen Madiunn. Sejak tahun 1951 delapan desa di wilayah Kabupaten Madiun diserahkan ke Kotapraja Madiun.

Pemerintahan Kabupaten Madiun

Masa Kesultanan Demak, ditandai dengan perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Patiunus dengan raden Ayu Retno Lembah Putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan Dolopo. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke desa Sogaten dengan nama baru Purabaya sebagai dimulainya babak
baru masa Islam di Madiun. Pangeran Surya Patiunus menduduki Kesultanan hingga tahun 1521 dan diteruskan Kyai Rekso Gati. ( Sogaten : tempat Rekso Gati).

Sejarah Madiun

Masa Kesultanan Pajang, pada waktu Raden Mas Karebet dilantik menjadi Sultan Pajang oleh Sunan Kudus bersamaan itu pula Pangeran Timoer dilantik menjadi bupati di Purabaya tanggal 18 Juli 1568 berpusat di desa Sogaten. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintahan di bawah seorang bupati. Dengan demikian berakhirlah pemerintahan pengawasan di
Purabaya yang dipegang oleh Kyai rekso Gati atas nama Demak dari tahun 1518 – 1568. Tahun 1575 pusat pemerintahan dipindahkan dari desa Sogaten ke desa
Wonorejo atau Kuncen Kota Madiun sampai tahun 1590.
Masa Pemerintahan Bupati, pada saat Mataram mengadakan perluasan wilayah Mancanegara Timur yang dimulai bulan Muharam tahun 1586, kekuasaan pemerintahan kabupaten Purabaya diserahterimakan dari Bupati Pangeran Timoer atau panembahan Rama kepada putrinya yang bernama Raden Ayu Retno Djumilah. Bupati inilah selaku senopati manggalaning perang yang memimpin prajurit-prajurit Mancanegara Timur.
Dalam upaya mendirikan Kerajaan Kesatuan Jawa itulah Mataram melakukan penyerangan ke Purabaya, Penyerangan yang pertama tahun 1586 dan kedua taahun
1587 dengan Mataram menderita kekalahan besar. Agar bias menguasai Purabaya, Sutawidjaya bersiasat dengan berpura-pura menyatakan takhluk kepada Bupati Purabaya Raden Ayu Retno Djumilah.
Pada tahun 1590, secara mendadak dengan cara penipuan tersebut pasukan inti Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purabaya yang hanya dipertahankan oleh Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya. Pusaka Tundang Mediun berhasil direbut oleh Sutawidjaya dan akhirnya dengan bujuk rayu Raden
Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Sutawidjaya dan diboyong ke istana Mataram di Plered ( Yogyakarta).
Perang tanding antara Sutawidjaya dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan di
sekitar sendang dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun). Sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purabaya tersebut maka pada hari Jumat Legi tanggal 16
Nopember 1590 Masehi nama Purabaya diganti menjadi Madiun.

Nama Para Bupati Madiun

Pangeran Timoer 1568 – 1586
Raden Ajeng Djumilah 1586 – 1590
Raden Mas Rangsang 1590 – 1591
Raden Mas Soemekar 1591 – 1595
Pangeran Adipati Pringgolojo 1595 – 1601
Raden Mas Bagoes Petak 1601 – 1613
Pangeran Adipati Mertolojo 1613 – 1645
Pangeran Adipati Balitar 1645 – 1677
Pangeran Toemenggoeng Balitar Toemapel 1677 – 1703
Raden Ajoe Poeger 1703 – 1704
Pangeran Harjo Balater 1704 – 1709
Toemenggoeng Soerowidjojo 1709 – 1725
Pangeran Mangkoedipoero, 1725 – 1755
Raden Ronggo Prawirodirdjo I 1755 – 1784
Pangeran Raden Ronggo Prawirodirdjo II 1784 – 1795
Pangeran Raden Ronggo Prawirodirdjo III 1795 – 1810
Pangeran Dipokoesoemo 1810 – 1820
Raden Ronggo Prawirodiningrat 1820 – 1822
Raden Toemenggoeng Tirtoprodjo 1822 – 1861
Raden Mas Toemenggoeng Ronggo Harjo Notodiningrat1861 – 1869
Raden Mas Toemenggoeng Adipati Sosronegoro 1869 – 1879
Raden Mas Toemenggoeng Sosrodiningrat 1879 – 1885
Raden Arjo Adipati Brotodiningrat 1885 – 1900
Raden Arjo Toemenggoeng Koesnodiningrat 1900 – 1929
Raden Mas Toemenggoeng Ronggo Koesmen 1929 – 1937
Raden Mas Toemenggoeng Ronggo Koesnindar 1937 – 1953
Raden Mas Toemengoeng Harsojo Brotodiningrat 1954-1956
Raden Sampoerno 1956 – 1962
Kardiono, BA 1962 – 1965
Mas Soewandi Pejabat 1965 – 1967
H. Saleh Hassan 1967 – 1973
Slamet Hardjooetomo 1973 – 1978
H. Djajadi 1978 – 1983
Drs. Bambang Koesbandono (Haji) 1983 – 1988
Ir. Kadiono 1988 – 1998
R. H. Djunaedi Mahendra, SH. M.Si 1998 – 2008