TEMPO Interaktif, Madiun – Meningkatnya intensitas gerakan lapisan bumi di wilayah lereng gugusan Pegunungan Wilis yang ada di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, kembali berdampak pada lahan persawahan warga. Di Desa Bodag, Kecamatan Kare, lahan persawahan sepanjang sekitar 300 meter ambles hingga 5 meter pada lahan seluas 25 hektare. Ÿ??Sejak April 2010 lalu ambles antara 1 sampai 3 meter dan pada Desember 2010 sampai Februari 2011 ini kembali ambles di lokasi yang sama dengan kedalaman bervariasi antara 2 hingga 5 meter,Ÿ? jelas Kepala Desa Bodag Sugito saat ditemui di lokasi, Senin (28/2). Sugito menambahkan hingga kini rencana pemindahan warga sekitar belum juga terealisasi. Sugito mengakui jika intensitas gerakan tanah di wilayah setempat semakin meningkat dibanding sebelumnya. Ÿ??Jadi, karena intensitas gerakan tanahnya semakin meningkat, lokasi yang ambles dulu, sekarang semakin terdesak dan menyebabkan beberapa titik longsor dalam skala kecil hingga besar,Ÿ? terangnya. Sejak awal 2010, rencana pemindahan sudah dibahas Pemerintah Kabupaten Madiun dengan pemerintah kecamatan dan desa setempat. Ÿ??Warga mengusulkan relokasi di lahan Perhutani tapi sepertinya pemkab belum menyediakan lahan pengganti. Sehingga sampai sekarang relokasi belum dilakukan,Ÿ? jelasnya. Berdasarkan hasil musyawarah pada awal 2010, warga menginginkan pemindahan ke lahan Perhutani Petak 33 dan 34 Blok Bodag yang masuk wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Malang, Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Brumbun, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madiun. Jarak lahan Perhutani itu sekitar 2,5 kilometer dari pemukiman warga. Tahun 2010, lapisan bumi di desa setempat pernah diteliti tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi bersama tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Hasilnya, tim menyarankan agar permukiman warga yang masuk wilayah rawan dipindahkan. Petani setempat membenarkan jika lahan persawahan mereka ambles. Ÿ??Sejak 2010 lalu sudah ambles dan sekarang semakin parah tapi kami tetap bercocok tanam karena hanya ini mata pencaharian kami untuk menghidupi keluarga,Ÿ? ucap salah satu petani, Sarni. Akibatnya, tanaman jenis hortikulutura yang mereka tanam rusak. Warga terpaksa menanam kembali pada lahan yang di luar kawasan yang ambles. Selain sawah yang ambles, warga juga masih kerap kali mendengar suara gemuruh atau dentuman tanah yang bergerak. Ÿ??Sekarang semakin sering terdengar dibanding sebelumnya. Bangunan rumah juga ikut bergetar tapi getarannya kecil, tidak sampai merusak bangunan,Ÿ? ungkap warga yang sudah lima tahun tinggal di desa setempat ini. ISHOMUDDIN
Sawah di Lereng Wilis Kembali Ambles 5 Meter
oleh openmadiun | Feb 28, 2011 | Kabar OpenMadiun | 0 Komentar
Komentar Terbaru