Jakarta – Jika ditanyakan kepada masyarakat tentang kata open source, sebagian masih akan menyebut tentang seorang kutu tekno (geek) yang berkutat dengan keyboard dan mengetikkan baris perintah yang membingungkan. Di akhirnya mereka akan menambahkan, open source bukan untuk saya. Benarkah?
Mungkin yang mereka gambarkan tentang open source adalah Linux dengan baris-baris perintah aneh. Padahal, open source jauh lebih besar daripada itu. Linux memang salah satu produk open source, tetapi open source bukan hanya Linux.
Open source ada di hampir semua tempat. Mulai dari mainan anak-anak hingga komputer. Mulai dari surat elektronik hingga situs-situs web. Sebagian masyarakat hanya belum tahu. Salah satu contoh yang tidak terbantahkan adalah lebih dari 55% server situs saat ini telah menggunakan Apache. Apache adalah perangkat lunak untuk server web yang bersifat open source.
Contoh lainnya, Java. Saat ini Java hadir di semua telepon genggam untuk menjalankan aplikasi maupun permainan. Dan tidak ketinggalan, Java juga hadir di banyak situs-situs web. Dan contoh terakhir yang saat ini menjadi idola, Android.
Open source adalah filosofi. Sebuah filosofi untuk mengembangkan perangkat lunak atas nama kebersamaan dan kebebasan (freedom). Dalam filosofi open source inilah ada tiga prinsip utama yaitu keterbukaan, transparansi dan early and often.
Keterbukaan adalah mengijinkan komunitas/orang tertentu untuk menyumbangkan ide dan/atau pekerjaan kepada pengembang asli. Sementara transparansi adalah menjadikan baris kode ataupun dokumentasi dapat diakses dengan persyaratan tertentu baik oleh pengembang lain maupun pengguna. Dan early and often adalah menjadikan perangkat lunak tersebut dapat diakses sebelum versi rilis serta bisa dilakukan pembaharuan sesering mungkin dengan bantuan pengguna maupun pengembang lainnya.
Mengapa Harus Open Source?
Ketiga prinsip dasar ini tentu saja tidak dapat ditemukan dalam perangkat lunak berhak milik (proprietary). Poin paling utama dalam open source adalah perangkat lunak berbasis open source dibuat berdasarkan kebutuhan sementara perangkat lunak berhak milik dibuat karena alasan laku atau tidaknya di pasaran. Linux misalnya adalah sistem operasi yang dapat berjalan di seluruh jenis prosesor. Dengan keterbukaan kode, Linux tidak hanya dibuat oleh sekelompok orang melainkan dibuat oleh seluruh komunitas yang peduli dan membutuhkan dari seluruh penjuru dunia.
Mungkin ada yang berceletuk, “mengapa harus open source? Dengan perangkat lunak berhak milik ini kebutuhan saya terpenuhi. Toh, saya tidak tahu banyak tentang komputer. Saya hanya pengguna biasa.” Mari menggunakan sebuah kasus untuk menggambarkan keuntungan lain dari produk open source.
Bayangkan saya membeli produk berhak milik dari sebuah pengembang. Dua tahun setelah saya membeli produk tersebut, pembuat produk tiba-tiba kolaps. Bisnisnya hancur dan produksi pun berhenti. Tidak ada lagi dukungan, tidak ada lagi pembaharuan. Saya kebingungan dan mau tidak mau membeli produk baru dari produsen lain.
Mengapa? Karena saya tidak memiliki kode program dari perangkat lunak tersebut. Andai saya memiliki atau diberikan akses untuk membuka dan memperbaharui kode program tersebut maka saya bisa meminta bantuan pihak lain untuk melanjutkan. Dengan demikian, saya tak perlu membeli produk baru. Kerugian saya pun akan menjadi lebih minim.
Sebagian besar produk open source memang gratis dan terbuka. Tetapi tidak seluruhnya. Beberapa vendor mewajibkan pengguna membeli produk karena yang ditawarkan sebenarnya bukan hanya produknya, melainkan juga layanan dan dukungan serta pelatihan dan sertifikasi. Hal ini biasa terjadi pada produk open source untuk kalangan bisnis seperti produk RedHat, SUSE dan lain sebagainya.
Tentu saja anda bebas memilih menggunakan produk open source atau produk berhak milik. Namun, jika kebutuhan dapat terpenuhi dengan open source dan keuntungan yang didapat lebih banyak mengapa tidak?
Oh ya, ngomong-ngomong, kalau perambah (browser) Anda Mozilla Firefox, Google Chrome atau Flock berarti Anda telah menggunakan produk open source.
Penulis: Ahmad Saiful Muhajir – detikinet
Komentar Terbaru