Sejarah Openmadiun

Hampir semua komunitas atau organisasi nirlaba yang mengambil kerja kerelawanan, selalu mengalami hal klasik. Yakni pendanaan. Karenanya tidak sedikit yang bilang, komunitas kerelawanan selalu terbentur tidak mempunyai dana kegiatan. Ide ada, ladang garapan punya, tapi bingung logistik dari mana. Itulah salah satu alasan, saya dan Teguh Triyono mendirikan Openmadiun. Komunitas yang berkeinginan untuk bisa menghidupkan komunitas lainnya. Bersama membangun ekosistem yang mampu membantu komunitas lain bergerak, menelurkan kan hidup dalam ide-ide dan kerja pelayanan bagi masyarakat.

Sejarah Openmadiun

 

Ide OpenMadiun sebetulnya sudah ada sejak tahun 2006. Kami sering membicarakan tentang perlunya mendorong tumbuhnya komunitas opensource dan sosial budaya , guna membangun kemandirian tradisi berteknologi. Itu adalah ide-ide awalnya. Namun seiring berjalannya waktu, kami memikirkan bahwa hal-hal seperti ini tidak bisa kami pikirkan berdua saja. Kami ingin bagaimana banyak pihak lain yang memiliki ide dan impian yang sama dapat berkomunikasi. Saat itu kami bersepakat untuk segera mendirikan portal online yang bisa menjadi gatekeeper issue-issue tersebut.

 

Tentu saja, selalu ada masalah klasik yang dihadapi. Masalah pendanaan. Kita punya ide, punya konsep dan tujuan. Tapi kami tidak memiliki pendanaan. Dan saat itu cara yang kami lakukan pun masih sangat standar sekali, membuat PROPOSAL!!!! Kami katakan standar karena kami berfikiran sangat naif, bahwa ada orang diluar sana akan bersedia secara sukarela membiayai ide dan impian kami. Proposalpun di buat, kami kirimkan dan kami ajukan kepada pra prokpektus. Memiliki keyakinan ini pasti berhasil.

Namun sayang, hampir tidak ada satu pun orang yang melirik ide tersebut. Hampir semua yang kami ajak bicara selalu menanyakan benefit yang akan mereka dapatkan. Walau di dalam proposal sudah kami gambarkan  bagaimana portal informasi tersebut memiliki potensi sponsor seperti portal yang kami buat sebelumnya. Namun pada saat itu, masih banyak yang sangsi bahwa ekosistem digital kita akan maju. Karena mereka berkaca dengan teknologi internet kita yang koneksinya masih lambat.

Sekitar April 2008, akhirnya kami memutuskan untuk menghentikan urusan mencari dukungan. Kami memikirkan bagaimanakah membiayai konsep ini, tanpa harus mengeluarkan uang besar dari kantong pribadi kami. Dan tak lama berselang dari itu, saya dihubungi sebuah ormas skala nasional yang berkonsentrasi dibidang pemberdayaan desa. Mereka berkeinginan untuk membangun website organisasi lengkap dengan domain serta hostingnya. Dan itulah muncul ide, pengerjaan website itu yang akan menjadi modal awal pendirian portal online.

Menariknya saat itu, ormas tersebut tidak menawar tarif jasa yang kami ajukan. Karena dana yang diterima cukup besar, membuat kami agak leluasa untuk bukan sekedar memikirkan untuk mewujudkan ide tersebut. Kami hingga memikirkan alur bagaimana portal ini bisa hidup dan menghidupi kegiatan komunitas-komunitas yang menurut kami satu ide. .

Walau demikian, kami berfikiran tidak semuluk itu. Walau memiliki asumsi potensi keuntungan yang besar. Target kami saat itu masih dibuat se realistis mungkin. Karena kami menyadari, ekosistem digital kita masih belum terbentuk, karena mindset pelakunya yang masih berfikir analog.

Dan pada tanggal 5 Agustus 2008, kita resmi buat Openmadiun sebagai portal sarana memperkuat jaringan komunitas. Menariknya, keputusan mendirikan openmadiun kami bahas di kantin salah satu PTS di Purwokerto. PTS dimana Teguh Triyono bekerja. Pada saat itu di buatkan 4 garis kerja Openmadiun yang menjadi moto yakni Openmadiun, yakni Openhouse, Opensouce, Openbooks dan Openminded. Openhouse   lebih banyak bicara tentang sumberdaya lokal. Pengarusutamaan informasi tentang potensi yang ada di lingkungan sekitar. Opensource membicarakan tentang upaya kemandirian teknologi melalui kampanye penggunaan piranti lunak sumber terbuka. Harapannya bisa mendorong kemajuan sumberdaya manusia melalui teknologi informasi. Openbook lebih membicarakan tentang giat literasi dan segala hal yang terkait dengan dunia buku. Membicarakan literatur dan sumber rujukan yang bisa digunakan oleh masyarakat. Openminded lebih membicarakan tentang ide-ide baru yang berkaitan dengan kemanusiaan, issue perdamaian, hak anak serta inklusi.

 

 Untuk membangun iklim bisnis digital pun, melalui openmadiun, memfasilitasi paket UMKM go Online. Paket yang disubsidi secara silang. Dan di berikan pendampingan pemanfaatan internet untuk berwirausaha. Harapannya dengan paket-paket website UMKM murah, UMKM bisa merasakan bahwa berwirausaha secara online itu juga penting, dan membuat mereka ikut andil dalam membangun ekosisitem ekonomi digital.

Openhost dari OpenMadiun, seperti yang awal dirumuskan, akhirnya menjadi penghubung banyak pihak. Menjadi penghubung penggiat literasi, pegiat opensource, pelaku UMKM, pengambil kebijakan, akademisi dan banyak lagi. Menjadi penghubung secara mandiri melalui sarana wirausaha. Karena membiayai gagasan dengan cara wira usaha, kita tidak hanya bicara tntang kemandirian, kita juga bicara martabat dan pengawalan gagasan untuk tetap berada di relnya.    

Pendiri OpenMadiun

Yosep Rusfendi

Praktisi Komunikasi dan Digital Konten
xxxx – xxxx

Teguh Triyono

Programer, IT Support
xxxx – xxxx

Ratna Wilya

Manajemen dan Keuangan
xxxx – xxxx

Noviana Maya

Pendanaan
xxxx – xxxx