MADIUN, KOMPAS.com – Memasuki musim kemarau 2011, petani di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, beralih dari tanam padi menjadi tanam kedelai. Hal itu dilakukan untuk menyiasati tingginya ongkos tanam padi pada musim kering, gara-gara berkurangnya pasokan air.

Pernyataan itu dikemukakan oleh sejumlah petani kedelai hitam dan kedelai putih, Selasa (2/8/2011). Luas hamparan tanaman kedelai sampai dengan akhir Juli 2011 di Kabupaten Madiun tercatat 7.583 hektar. Jumlah itu diperkirakan bertambah, karena petani tepian hutan belum mulai tanam.

Ketua Kelompok Tani Gawe Rukun Desa Jiwan, Kecamatan Jiwan, Sadikun, mengatakan, tingginya minat petani beralih ke kedelai karena sejumlah alasan. Salah satunya, pasokan air yang berkurang seiring datangnya musim kemarau.

Kondisi sekarang ini berbeda dengan tahun 2010 lalu, di mana hujan terjadi sepanjang tahun, sehingga petani lebih memilih tanam padi.

“Kalau sekarang memaksa tanam padi, biaya produksi yang dikeluarkan sangat tinggi, sehingga keuntungan petani akan menipis,” ujarnya.

Sebagai gambaran, untuk menanam padi selama musim kemarau, diperlukan mesin pompa air berbahan bakar solar. Pembelian solar inilah yang menambah biaya produksi petani. Apalagi tanaman padi memerlukan banyak air.

Berbeda dengan menanam kedelai. Walaupun harga kedelai tidak setinggi harga beras, tetapi biaya produksi yang dikeluarkan tidak tinggi sehingga tidak membebani petani. Apalagi, petani di Madiun sebagian besar produksi padinya pada musim tanam lalu, turun, akibat serangan wereng.

“Kalau kedelai, biaya tanam sampai panen cukup Rp 3 juta per hektar. Tetapi, kalau padi dalam kondisi air normal saja sudah Rp 6,5 juta per hektar biayanya. Apalagi air sulit, bisa sampai Rp 8 juta per hektar,” kata Sadikun.

Sekretaris Kelompok Tani Mulya Desa Bagi, Kecamatan Madiun, Bambang Winardianto, menambahkan petani tertarik tanam kedelai karena harga kedelai lokal saat ini lumayan bagus. Untuk kedelai biasa (putih) harganya Rp 4.000- Rp 4.200 per kilogram (kg). Sementara kedelai hitam, harganya lebih mahal yakni Rp 5.200 per kg.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Madiun, Moch Nadjib, mengatakan, dengan luas tanaman saat ini berarti sudah melampui rata-rata areal tanam kedelai di Madiun setiap tahunnya yang hanya 5.000 hektar.

Tidak hanya itu. Dengan capaian luas tanam 7.538 hektar, berarti juga telah melampui target tanam kedelai yang dicanangkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura tahun 2011 sebanyak 6.263 hektar.

Bagi pemerintah, tingginya animo petani menanam kedelai memiliki nilai positif. Setidaknya, dengan tidak menanam padi terus-menerus dalam setahun, dapat membantu memutus rantai pertumbuhan hama wereng. Adapun nilai lebih lainnya adalah untuk menunjang swasembada kedelai.

Sayangnya, pangsa pasar kedelai di Madiun dengan tingkat produktivitas rata-rata 1,4 ton per hektar, masih terbatas pasar lokal. Madiun belum mampu menjadi salah satu sentra pemasok kedelai untuk wilayah Jatim seperti halnya pada komoditas beras.

Bagikan Berita