TEMPO Interaktif, Madiun – Jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Kabupaten Madiun sejak Januari hingga September 2010 meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2009.

“Selama Januari sampai September 2010 sudah ditemukan 36 penderita HIV/AIDS. Jumlah ini meningkat pesat, padahal selama 2009 hanya ditemukan 12 kasus,” jelas Pelaksana Program Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun, Hery Setiawan, Senin (11/10).

Hery mengatakan banyak ditemukannya kasus penderita HIV/AIDS ini berkat peran aktif penderita dan pihak-pihak yang kompeten dalam pemeriksaan HIV/AIDS, seperti Puskesmas, Palang Merah Indonesia (PMI), hingga rumah sakit. “Salah satu yang paling efektif adalah melalui pemeriksaan saat donor darah yang sering dilakukan PMI, sehingga semakin banyak ditemukan penderita HIV/AIDS di Kabupaten Madiun,” tandasnya.

Dari 36 penderita yang ditemukan tahun ini, delapan di antaranya sudah meninggal dunia. KPAD juga menemukan satu di antara penderita yang masih bertahan adalah balita berusia empat tahun. Balita ini lahir dari pasangan suami-isteri yang memang terjangkit HIV/AIDS.

Data KPAD menyebutkan, selama tahun 2002 hingga September 2010 ini, sudah ditemukan 112 penderita HIV/AIDS dengan jumlah kematian mencapai 28 orang. Penderita ini tersebar di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun.

Sedangkan tingkat dan kelompok yang berisiko tertular antara lain wanita pekerja seksual (WPS) 19 persen, disusul pecandu narkoba dengan jarum suntik (Inject Drug User/IDU) 8 persen, waria 3 persen, dan 66 persen sisanya bervariasi, seperti balita, ibu rumah tangga, lelaki pengguna jasa WPS dan sebagainya.

Untuk menekan laju penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Madiun, pihaknya bekerja sama dengan lembaga terkait terus melakukan sosialisasi ke masyarakat agar waspada dan melakukan pencegahan sejak dini. Kepada penderita, KPAD bersama lembaga swadaya masyarakat juga melakukan pendampingan dan pembinaan ke komunitas yang rentan tertular seperti waria, homoseksual, WPS, dan IDU.

Yoyok, salah satu petugas lapangan Yayasan Bambu Nusantara di Madiun, mengatakan pihaknya selama ini melakukan pendampingan pada para IDU yang sangat beresiko tertular. “Minimal kami mengarahkan dari sisi safety (keselamatan) agar mereka tidak bergantian dalam menggunakan jarum suntik yang sama karena rentan tertular penyakit mematikan seperti HIV,” ujarnya. Pihaknya juga berupaya agar mereka berhenti mencandu.

Yoyok mengaku ada kesulitan-kesulitan tertentu dalam melakukan pendampingan selama ini. “Mereka kadang curiga ketika kami masuk dalam komunitasnya. Makanya kami melakukan pendekatan pada teman mereka yang dekat dengan komunitas pecandu,” jelasnya. Pola peer education atau pendidikan sebaya ini dianggap efektif untuk mengurangi jumlah pecandu narkoba.

Dia memperkirakan jumlah pecandu narkoba di Kabupaten Madiun hingga kini mencapai 3.000 orang. “Kami perkirakan ada 3.000 orang dan yang terjangkau sekitar 450 orang. Rata-rata mereka mencandu heroin dan putauw dengan menggunakan jarum suntik,” ujarnya.

ISHOMUDDIN

Bagikan Berita